Cerpen Kesuksesan Korban Bully

KESUKSESAN KORBAN BULLY
Karya : Rizal Setya Nuari

     Di sebuah dusun tepatnya di kawasan lereng gunung Merapi, hiduplah gadis muda yang tinggal bersama keluarganya. Gadis itu bernama Dina, dia hidup bersama kedua orang tuanya dan seorang adik kecilnya yang masih balita. Ayahnya bernama pak Barna dan ibunya bernama bu Riyem, Mereka hidup disebuah rumah yang sangat minim akan fasilitas, tetapi mereka menganggapnya sebagai istana paling nyaman.

     Dina bersekolah di SMP NEGERI 1 TUT WURI yang letak nya kurang lebih lima kilometer dari dusunnya, setiap harinya Dina berangkat sekolah dengan mengendarai sepeda tua bekas Ibunya waktu masih sekolah, sepeda itu sekarang sudah mulai berkarat dan mulai rusak. Tetapi dina tidak malu dengan keadaannya yang seperti itu, Dina sudah bersyukur dengan keadaannya sekarang karena Dina masih melihat orang-orang yang hidupnya di bawah kehidupan keluarga Dina. 
Pernah suatu hari saat Dina dalam perjalanan ke sekolah  tiba-tiba ia di hadang oleh tiga orang temannya yang menghentikan perjalanan Dina.
     “woy Dina, mau ke mana kamu.”teriak Bayu, salah seorang teman satu kelasnya.
      “mau kesekolah Bay, kan sekarang hari sekolah”jawab Dina dengan santun nya, walaupun sama teman sebayanya.
       “kamu dah ngerjain PR matematika belum.”celetuk Fajri teman mereka (sambil menarik tas ransel milik Dina dengan kasarnya )
       “sudah, tapi belum selesai karena aku belum bisa caranya”sahut Dina (sambil mencoba mengambil tas yang di bawa Bayu)
Tetapi Bayu tak segera menyerah kan kepada Dina, malahan dilempar kepada Frans lalu Dina mendekati Frans untuk mengambilnya tapi oleh Frans malah dilempar ke Bayu, lalu Dina kembali mendekati Bayu sambil berkata “Bayu kembalikan tas aku dong, please”                                           

    “E,e,e,, ngak bisa”(sambil menjauh kan tas itu dari jangkauan tangan Dina)
    “Mau kamu apa sih bayu”Dina sambil terus mencoba meraih tasnya dari Bayu
    “Tenang saja kita hanya mau satu permintaan kok”jawab Frans.
     “Apa permintaan kalian.”timpa Dina.
     “Kami hanya ingin pekerjaan rumah mu.”sahut Fajri (dengan santai nya)
     “Nggak bisa gitu dong, PR itu kan tugas mandiri bukannya tugas kelompok, usaha sendiri dong.” (ucap dina dengan tegas)
     “Alah sok bijak lo....”hina Bayu (sambil melemparkan tas Dina yang sudah di ambil pekerjaan rumahnya)

     Kemudian mereka meninggalkan Dina begitu saja, dan Dina pun kembali melanjutkan perjalannya sambil mengendong tasnya yang sobek lebar karena ulah ketiga temannya. 
Kesialan Dina tak cuma sampai di situ, sesampainya di sekolah bel sudah usai berbunyi lalu Dina bergegas-gegas menuju kedalam kelas Dina, sesampainya didalam kelas teman-teman sekelas Dina sudah pada Tadarus Quran dan Dina pun diteriaki karena terlambat, memang kebiasaan teman sekelas Dina selalu urak-an. Bel pelajaran dimulai dan pembelajaran pertama di awali dengan pelajaran matematika, saat Pak Rogo (guru matematika sekolah Dina) mau menyamakan. PR Dina cuma diam karena takut kena hukuman, dan tiba-tiba Pak Rogo menghampiri Dina dan meminta tolong kepada Dina.
     “Dina tolong tuliskan jawaban kamu nomor satu di papan tulis.”ucap pak Rogo (sambil menyerahkan sepidol kepada Dina.)
     “Maaf pak pekerjaan saya di ambil oleh Bayu.”jelas Dina (sambil tertunduk takut.)Baru saja Dina diam setelah memberi penjelasan tiba-tiba Bayu dengan kerasdan ngotot memberi kontra atas pendapat Dina,                        
  
      
    “Apa maksud kamu Dina, kamu menuduh aku yang mengambil buku kamu! Buat apa aku mencontek tugas kamu, kamukan lebih bodoh dari aku”perkataan Bayu.
    “Coba cari dulu di laci buku mu barang kali kamu lupa nggak dibawa pulang.”celetuk Sona yang duduk di pojok belakang.
Lalu Dina pun mencari di laci dan ditemukannya, tanpa tunggu lama kemudian pak guru menyuruh Dina untuk keluar kelas dan mengikuti pembelajaran dari luar kelas.
      Sejak kejadian itu Dina terus-menerus intropeksi diri bahwa dia harus bisa membuktikan kepada teman temannya bahwa ia tidak seperti apa yang teman-temannya selama ini pikirkan dan ia mempunyai tekat untuk mengungguli nilai teman-teman Dina yang telah menindasnya, apa lagi saat ini Dina sudah kelas tiga SMP jadi Dina sudah mulai sibuk dengan latihan-latihan ujian dan tugas-tugas untuk memenuhi keriteria kelulusan.
       Tetapi saat diadakan latihan ujian Dina tidak pernah menyontek maupun bertanya pada teman-temannya, karena prinsip Dina *lebih baik nilai jelek tapi usaha sendiri dari pada nilai bagus hasil kerjasama dengan temannya, karena Dina tahu bahwa kalau ujian nasional soal-soal semua beda dengan teman-temannya. Dina menjadikan latihan sebagai tolak ukur kemampuan Dina. Setelah beberapa kali Dina melaksanakan rangkaian-rangkaian latihan ujian tibalah saat ujian nasional, saat itulah saat-saat yang di tunggu oleh dina untuk mewujudkan keinginannya untuk mengalahkan teman temannya yang telah membullynya. Tetapi saat ujian Dina diberi cobaan, yaitu tuduhan dari teman-temannya bahwa Dina menyontek, tapi Dina tidak terkecoh oleh tuduhan itu ia tetep mengerjakan dengan jujur.
      Saat hari pengumuman kelulusan dan hasil nilai tiba, semua murid dan wali murid di kumpulkan sekaligus dengan acara wisuda siswa-siswi yang lulus. Saat kepala sekolah menyampaikan hasil semua berdebar debar.        

     “Dari hasil ujian para siswa dinyatakan bahwa tingkat kelulusan sebesarrrrrr,,,,,, 100%,(seketika para siswa mengucap syukur akan kelulusan mereka) tetapi mohon maaf hadirin dari kelulusan tersebut masih ada yang mendapat nilai sangat rendah, berikut akan di bacakan oleh bapak Rogo. Kepada bapak dipersilahkan.”(ketegangan hadiran timbul lagi)
     “Disini saya akan membacakan juara satu, dua dan tiga dari atas dan dari bawah, saya akan memulai dari yang paling rendah. Siswa yang memperoleh nilai terendah adalah,,,, Bayu Wigati disusul diatasnya oleh Fajri Rundi kemudian Frans Sisco.(seketika wajah mereka bertiga berkaca kaca karena mereka memperoleh peringkat tiga besar, tetapi dari bawah). Kemudian saya akan mem bacakan juara tiga besar dari atas, saya akan mulai dari juara ketiga, juaranya adalah,,, Riko Tom, dan juara dua Faniatun. Dan sekarang saya akan membacakan nilai sang juara satu yaitu : ia memperoleh, matematika,ipa dengan nilai 100, bahasa Indonesia 95 dan bahasa inggris 80, ia adalahhhhhh,,,, Dina Kusuma Zahra. Selamat kepada Dina atas prestasinya”begitu ucap pak Rogo di panggung.
     Setelah selesai acara itu semua tamu memberi ucapan kepada Dina atas kesuksesannya, sampai Dina dibuat terharu oleh hasilnya karena ia tidak menyangka sebelumnya. Sekarang Dina diterima di sekolah unggulan teladan Jogja dengan biaya gratis, dan hidup Dina sekarang sudah tidak dibully oleh teman-temannya dan bisa mengangkat drajat keluarganya.

KEHIDUPAN ITU BAGAI RODA BISA DI ATAS JUGA DI BAWAH, SEPERTI HAL NYA NASIB DARI BAWAH BISA KEATAS

SEMANGATLAH TUK MENCAPAI MASA DEPAN YANG CERAH

Komentar